10 Fakta Unik Ereksi Pria yang Perlu Anda Ketahui untuk Kesehatan Seksual

10 Fakta Unik Ereksi Pria yang Perlu Anda Ketahui untuk Kesehatan Seksual

Pelajari berbagai fakta unik tentang ereksi pria yang penting untuk kesehatan seksual dan bagaimana memahami fungsi serta kondisi yang mempengaruhinya.

Kesehatan seksual adalah aspek penting dalam kehidupan pria, dan memahami ereksi adalah bagian dari pengetahuan yang esensial.

Ereksi bukan hanya tanda gairah seksual tetapi juga indikator kesehatan yang bisa memberikan banyak informasi tentang kondisi fisik seorang pria. Artikel ini akan membahas sepuluh fakta unik tentang ereksi pria yang perlu Anda ketahui.

Dari mekanisme terjadinya ereksi hingga faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, informasi ini akan membantu Anda memahami lebih dalam tentang kesehatan seksual pria dan cara menjaganya.

1. Ereksi Selama Tidur

Pria secara umum mengalami antara 3 hingga 5 ereksi setiap malam, terutama selama fase tidur gerakan mata cepat (REM).

Meskipun mekanisme pasti mengapa hal ini terjadi belum sepenuhnya dimengerti, para ahli medis menganggap ini sebagai bagian normal dari proses fisiologis. Ereksi selama tidur REM dianggap membantu menjaga fungsi seksual yang sehat.

2. Fenomena “Patah Penis”

Meskipun istilahnya sering disebut sebagai “patah penis,” kondisi ini berbeda dari patah tulang. Yang terjadi sebenarnya adalah pecahnya pembuluh darah di dalam penis yang menyebabkan pembengkakan dan hematoma, seringkali disertai rasa sakit yang intens.

Menurut National Health Service, sekitar sepertiga dari kasus patah penis terjadi saat berhubungan seksual dengan wanita berada dalam posisi woman on top. Kondisi ini memerlukan perhatian medis segera untuk menghindari kerusakan jangka panjang.

3. Ereksi Prenatal

Menariknya, ereksi juga dapat terjadi pada bayi laki-laki yang masih dalam kandungan. Meski belum ada penjelasan detail dari studi yang menguraikan proses biologis spesifik di balik fenomena ini, diyakini bahwa ereksi janin mungkin terkait dengan kontraksi otot panggul atau perubahan aliran darah selama periode prenatal.

Baca Juga:  8 Fakta Menarik Tentang Giethoorn, Desa di Belanda yang Bebas dari Jalan Raya

Sebuah studi pada tahun 2020 mengungkapkan bahwa ereksi janin sangat umum terjadi selama trimester ketiga kehamilan, dengan frekuensi sekitar 1-3 kali per jam. Ini menunjukkan bahwa fungsi ereksi berkembang cukup awal dalam kehidupan manusia.

4. Struktur Penis: Tidak Terdiri dari Otot atau Tulang

Berbeda dengan anggapan yang mungkin masih dipercayai banyak orang, penis tidak terdiri dari otot atau tulang. Struktur penis sebenarnya terdiri dari tiga ruang yang menyerupai silinder spongy, dikenal sebagai korpora kavernosa dan korpus spongiosum.

Saat terjadi rangsangan seksual, ruang-ruang ini akan terisi darah. Proses ini mengakibatkan peningkatan tekanan dalam penis yang membatasi aliran darah keluar, sehingga menyebabkan ereksi.

Struktur unik ini memungkinkan penis untuk menjadi keras dan tegak, yang vital dalam fungsi seksual.

5. Ukuran Penis saat Ereksi

Ukuran Penis saat Ereksi
Foto: BLACKDAY/Envato Elements

Ada banyak mitos dan persepsi salah tentang ukuran penis ideal atau rata-rata. Berdasarkan penelitian, panjang penis ereksi rata-rata pria berada di kisaran 13 hingga 14 sentimeter.

Ini berbeda dengan anggapan populer bahwa ukuran penis ereksi biasanya lebih dari 15 sentimeter.

Pengetahuan tentang rentang ukuran rata-rata ini penting untuk membantu mengurangi ketidakpastian dan penilaian diri yang sering kali dialami oleh pria terkait dengan ukuran penis mereka.

6. Disfungsi Ereksi pada Pria Muda

Disfungsi ereksi seringkali dianggap sebagai masalah yang umumnya mempengaruhi pria yang lebih tua, namun kondisi ini juga bisa berdampak pada pria muda.

Baca Juga:  7 Fakta Unik tentang Burung Hantu yang Mampu Hidup Tanpa Kepala

Studi terbaru pada tahun 2021 menunjukkan bahwa sekitar 11 persen pria yang berusia antara 18 hingga 31 tahun dan aktif secara seksual mengalami disfungsi ereksi dalam tingkat yang ringan.

Selain itu, hampir 3 persen dari mereka mengalami disfungsi ereksi dalam kategori sedang hingga berat.

Temuan ini menekankan bahwa disfungsi ereksi adalah masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi pria di semua usia, dan membuka dialog tentang pentingnya mencari bantuan medis dan dukungan psikologis untuk mengatasi kondisi ini.

7. Disfungsi Ereksi sebagai Indikator Masalah Kesehatan yang Serius

Disfungsi ereksi seringkali tidak hanya merupakan masalah kesehatan seksual, tetapi juga bisa menjadi tanda adanya kondisi kesehatan yang lebih serius.

Penyakit-penyakit yang mempengaruhi jaringan otot, saraf, arteri, atau kadar hormon di dalam tubuh dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

Beberapa kondisi kesehatan yang sering dikaitkan dengan disfungsi ereksi termasuk penyakit jantung, diabetes, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan kadar kolesterol tinggi.

Jika Anda mengalami disfungsi ereksi secara teratur, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan apakah ini merupakan gejala dari masalah kesehatan yang lebih serius.

8. Orgasme Tanpa Ereksi

Meskipun ereksi sering dianggap sebagai prasyarat untuk orgasme, banyak pria dengan disfungsi ereksi tetap mampu mencapai orgasme dan ejakulasi.

Rangsangan seksual yang intens atau bentuk lain dari keintiman fisik dapat memicu orgasme meskipun tidak terjadi ereksi. Pemahaman ini penting untuk mengatasi stigma atau ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan oleh pria yang mengalami disfungsi ereksi.

Baca Juga:  7 Fakta Menarik tentang Saturnus, Planet dengan Bulan Terbanyak di Tata Surya

9. Faktor Gaya Hidup yang Meningkatkan Risiko Disfungsi Ereksi

Beberapa faktor gaya hidup berkontribusi pada peningkatan risiko disfungsi ereksi. Stres dan kecemasan adalah dua faktor psikologis yang sering berperan, sementara merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan juga terbukti meningkatkan risiko.

Faktor risiko lainnya termasuk memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25, konsumsi obat-obatan tertentu yang memengaruhi aliran darah atau libido, serta bersepeda secara intensif lebih dari tiga jam per minggu, yang dapat mempengaruhi aliran darah dan saraf di area pelvis.

10. Pengaruh Stres terhadap Disfungsi Ereksi

Stres dan kecemasan bukan hanya memperparah kondisi disfungsi ereksi yang sudah ada, tetapi kadang-kadang bisa menjadi penyebab utama masalah ini.

Dalam istilah medis, ini dikenal sebagai disfungsi ereksi psikogenik, di mana disfungsi ereksi muncul secara tiba-tiba karena tekanan psikologis seperti stres, depresi, kecemasan, atau masalah dalam hubungan.

Mengatasi faktor-faktor psikologis ini melalui terapi atau konseling dengan terapis seks dapat sangat membantu dalam mengelola atau mengatasi disfungsi ereksi.

Dengan memahami sepuluh fakta unik tentang ereksi pria, Anda dapat lebih memperhatikan kesehatan seksual dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaganya.

Pengetahuan ini tidak hanya membantu dalam menjaga fungsi seksual yang sehat tetapi juga bisa menjadi indikator awal dari masalah kesehatan lainnya.

Semoga informasi ini bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman Anda tentang kesehatan seksual pria. Selamat belajar dan semoga kesehatan Anda selalu terjaga dengan baik!

Bagikan:

Related Articles

Tags